ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan neurobiologis yang umum terjadi pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Orang dengan ADHD cenderung memiliki kesulitan dalam memperhatikan sesuatu, impulsif, dan hiperaktif. Untuk mengatasi gejala ADHD, biasanya diberikan obat-obatan stimulan, seperti metilfenidat dan amfetamin.
Namun, baru-baru ini sebuah studi menunjukkan bahwa dosis tinggi obat ADHD dapat meningkatkan risiko psikosis. Psikosis adalah kondisi mental yang membuat seseorang kehilangan kontak dengan kenyataan, sehingga mengalami halusinasi, delusi, dan gangguan pemikiran.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics tersebut melibatkan lebih dari 200.000 anak dan remaja yang mengonsumsi obat ADHD selama satu tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa anak yang mengonsumsi dosis tinggi obat ADHD memiliki risiko tiga kali lipat mengalami psikosis dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi dosis rendah.
Para peneliti menekankan pentingnya pemantauan terhadap penggunaan obat ADHD, terutama dalam hal dosis yang diberikan. Dokter dan orangtua perlu memperhatikan gejala-gejala psikosis pada anak yang mengonsumsi obat ADHD, seperti halusinasi, delusi, dan perubahan perilaku yang drastis.
Selain itu, penting juga untuk mempertimbangkan terapi alternatif atau pengaturan dosis yang lebih tepat guna mengurangi risiko psikosis. Kesehatan mental anak harus menjadi prioritas utama dalam pengobatan ADHD, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa mengalami komplikasi kesehatan mental yang serius.
Dengan demikian, informasi mengenai risiko psikosis akibat dosis tinggi obat ADHD perlu disosialisasikan kepada masyarakat, terutama kepada orangtua yang memiliki anak dengan ADHD. Kesehatan mental anak adalah aset berharga yang harus dijaga dengan baik, sehingga mereka dapat hidup dengan kualitas hidup yang optimal dan bahagia.